Rabu, 12 September 2012

Pohon yang ditanam di tepi aliran air

"... Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil..." Mzm 1:3

Pernahkah kita melihat pohon yang ditanam di tepi aliran sungai? Apa yang kita lihat?

Bukankah pohon yang ditanam di tepi aliran sungai selalu tumbuh dengan subur?  Pohon yang dengan  pasti menancapkan akar - akarnya ke perut bumi, batangnya yang berdiri kokoh dengan pasti menjulang tinggi ke atas, cabang - cabangnya dan daun - daunnya  yang memberikan keteduhan, berbunga menarik sekali, dan berbuah ranum dan manis sekali? 
Pohon ini begitu boleh bersukacita karena boleh mendapatkan air yang cukup untuk dia hidup dan  berfotosintesis sehingga boleh menghasilkan udara yang segar yang boleh dinikamati oleh  makhluk hidup di sekitarnya.

Refleksi: 
Saat ini, apakah kita sebagai anak - anak Tuhan yang telah dipilih, mau menjadi seperti pohon tersebut? yang mau berbuah pada musimnya? yang tidak layu daunnnya bahkan tidak mati?

Mari saat ini, kita mau lebih mendekat lagi kepada sumber air kehidupan sendiri, yaitu Yesus Kristus. Kita mau merenungkan dan menghayati sabdanya siang dan malam, sehingga kita pun diubahkan dalam setiap tutur kata dan perbuatan kita, sehingga kasihNya boleh terpancar lewat hidup kita.

 Biarlah perbuatan - perbuatan kita boleh semakin diubahkan, kita boleh menjadi jauh lebih sabar, jauh lebih mengasihi dan jauh lebih mau untuk bekerja untuk kemuliaan Tuhan saja.

Memohonlah kepada rahmat Tuhan agar kita boleh menjadi pohon yang boleh ditanam di tepi aliran air tersebut sehingga kita pun boleh semakin berakar kan iman, berbatang kasih, bercabang pengharapan, berdaun kesabaran, berbunga sukacita, dan berbuah damai sejahtera.

Minggu, 02 September 2012

Hendaknya kita mau menjadi Pelaku Firman...

Di suatu kisah, di sebuah hutan hiduplah seekor singa yang memiliki janji bahwa ia tidak akan pernah memangsa orang yang baik, janji ini dia pegang dengan setia  hari demi hari. Hingga suatu hari, di kejauhan dan dalam kondisi kelaparan, singa ini melihat seorang khatolik yang siap untuk dimangsanya. ( Entah bagaimana singa itu mengetahui bahwa yang akan di mangsanya adalah seorang khatolik).
Hingga akhirnya orang khatolik itu dimangsanya bagian demi bagian, hingga yang bersisa hanya mulutnya saja.
Singa yang lain bertanya, "Mengapa engkau meninggalkan mulutnya saja?" Dan tidak memakan semua anggota bagian badan dari orang khatolik ini?" Singa itu menjawab, " Saya tidak dapat memakan mulut orang khatolik ini, karena dari mulut orang ini selalu keluar kata - kata yang baik, tetapi tidak dengan anggota tubuhnya yang lain."

Refleksi: 
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya menjadi pendengar saja: Sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." Yak1:22

Pada bulan September umat khatolik memperingati sebagai bulan kitab suci,  untuk boleh lebih lagi mencintai Firman Allah yang hidup. Tetapi pertanyaan buat diri kita? Apakah kita saat ini hanya menjadi pendengar saja? atau memilih untuk menjadi pelaku firman? 

Melihat cerita di atas, apakah kita hanya mengeluarkan kata - kata baik hanya di mulut saja? Sehingga orang-orang hanya segan dengan mulut orang khatolik saja? 

" ...Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata - kata, dan juga lambat untuk marah. Yak 1:19 

Menjadi seorang pelaku firman kita dituntut untuk menjadi lambat marah, dan mau lebih cepat untuk mengampuni, mengasihi sesama kita. Seberapa besar usaha yang telah kita lakukan? Untuk boleh menghidupkan firman Allah? 

Yuk, mari saat ini kita mohon Rahmat Tuhan untuk menjadikan kita menjadi pelaku firman, yang mau menjadikan setiap perbuatan kita setiap harinya sebagai persembahan yang utuh dan doa yang tak kunjung putus, sehingga setiap orang yang melihat boleh semakin menyatakan kemulianNya lewat hidup keseharian kita. Kita di panggil bukan hanya menjadi pendengar saja, tetapi hendaklah kita menjadi pelaku firman. 

Tuhan memberkati...